Sabtu, 23 November 2013

10 Balada Terbaik Dalam Negeri Satu Dekade Terakhir

Ini kali pertama saya menulis sebuah daftar yang mencantumkan superlatif dari sebuah kumpulan. Kali ini, saya mencoba mengumpulkan lirik balada berbahasa Indonesia terbaik yang pernah diciptakan musisi dalam negeri dalam kurun 10 tahun belakangan. Buang jauh-jauh, ekspektasi penuh lirik semi puitis di daftar ini, karena bagi saya romantisme selalu bisa menemukan jalannya sendiri.

Penilaian ini sangat objektif. Banyak yang tidak setuju? Tentu. Saya tidak sedang membuat daftar yang membuat banyak orang menjadi senang.

10. “Hanya Kau” – The Adams, V2.05 (2006)


Bagian terbaik: hanya kau yang bisa / memastikan semua / segala yang ku rasa / hanya kau yang bisa / mengubah semua / ‘tuk menjadi indah”

Tak perlu berkali-kali memutar lagu ini, hanya untuk mengerti betapa jujurnya ungkapan kekaguman yang ada di dalam liriknya. Di vokal ini, Ario tahu betul bagaimana menyatakan sayang tanpa harus terkesan sok romantis. Koor-massal yang berulang kali melantunkan “uuuuu” seakan menjadi pengantar, bagi teman minum teh bersama pasangan di sore hari. Yang pernah menikmati video klipnya di sisa-sisa kejayaan MTV di Indonesia pasti tahu benar, bahwa adegan di klip ini benar-benar merefleksikan karakter lagu aslinya: sederhana, jujur, dan tidak ingin mengumbar romantisme berlebih. Berkat kemunculan video ini, pengendara vespa dibawa ke dimensi kekerenan yang sedikit berbeda.

9.   “Tentang Cinta” – White Shoes & The Couples Company, White Shoes & The Couples Company (2005)


Bagian terbaik: “relung jiwaku hanyut tak menentu / entah apakah ini, oh tuanku / menutup mata aku dan membisu / berasa cinta kalbu”

Nomor ketiga dari debut album White Shoes & The Couples Company dengan judul yang sama. Di tengah badai musik mendayu waktu itu, sekumpulan hipster dari Jakarta ini sepakat membawa alunan musik ’70 an kembali ke permukaan, dengan sentuhan akustik-ballad dan ketukan disko klasik khas film-film hit Yati Octavia dan Roy Marten. Di nomor ini, karakter vokal lawas milik Sari dipadu dengan kocokan gitar ala funk-jazz yang megah. Lantunan flute sebelum masuk ke bagian, “relung jiwaku hanyut tak menentu / entah apakah ini, oh tuanku / menutup mata aku dan membisu / berasa cinta kalbu” ini seakan memberi petunjuk: sekalipun sedang gamang asmara, bukan berarti kalian tidak bisa membawakan lagu ini dengan ceria.

8.  “Semua Tentang Kita” – Peterpan, Taman Langit (2003)


Bagian terbaik: teringat di saat kita tertawa bersama / ceritakan semua tentang kita”

Sekalipun memiliki intro yang menjadi skill wajib bagi para pemetik gitar di tongkrongan sudut gang / pos kamling, tak mengurangi esensi lagu ini sebagai anthem wajib bagi mereka yang masih memendam hasrat untuk balikan. Nomor ini juga selalu menjadi pilihan pertama, untuk dijadikan backsong di video amatir —penuh slide foto kenangan semasa pacaran— yang mereka buat di Windows Movie Maker. Sudah, akui saja.

7.  “Muak Untuk Memuja” – Alone At Last, Jiwa (2008)


Bagian terbaik: “kau penyiksa (jilat pantatku bila kau bisa) / simpan semua (setan kau hancurkan misi hidupku”

Sebelum ada Alone At Last, rasanya emo tak pernah selirih ini. Kuintet ugal-ugalan asal Bandung ini, berhasil menyuguhkan kekaguman dan rasa benci kepada wanita pada saat bersamaan. Ngomong-ngomong, yang juga menjadi sisi baik dari lagu ini adalah: Yas menemukan kembali identitas aslinya, yang dulu sempat dirasuki Bert McCracken.

6.  “Karena Kamu Cuma Satu” — Naif, Planet Cinta (2011)


Bagian terbaik:  “kau satu-satunya / dan tak ada dua / apalagi tiga / cuma engkau saja

Rima terbaik, yang bercerita tentang egosentrisme asmara ala kawula muda. Cheesy, namun tak menanggalkan kesan elegan. Setelah hijrah dari bekap kegelapan konsep era 70-80’an, Naif memang tak lagi kompromi soal tembang berirama balad. Di awal tahun 2013, formula ini sukses meluluhlantakkan niatan cerai sepasang suami istri yang sudah hidup berdampingan selama 13 tahun. Mungkin ini, representasi sempurna dari film The Power of Song besutan Jim Brown.
                
5.  “Ingatlah Hari Ini” — Project Pop, Pop Ok (2003)


Bagian terbaik: “kamu sangat berarti / istimewa di hati / selamanya rasa ini / jika tua nanti / kita telah hidup masing-masing / ingatlah hari ini”

Lirik ini, sanggup menggugah romansa bersama kawan tercinta dengan cara yang sederhana. Project-Pop, dengan jenius menyentuh sisi sensitif persahabataan lewat ungkapan yang tak kalah romantis dengan lirik yang dibuat untuk menyanjung pasangan. Musik yang tak disertai kompleksitas aransemen dan berbalut dengan ketukan-ketukan nan catchy ini, sesaat menyadarkan bahwa sebelum kita disibukkan dengan kehidupan dewasa yang penuh dengan ego dan kepentingan pribadi, sejatinya kita pernah menjadi makhluk sosial yang melewati hari dengan searangkaian kejadian bodoh bersama seorang teman. Tak ayal, lagu ini selalu menjadi pilihan utama untuk backsong acara perpisahan sekolah/dokumenter catatan akhir sekolah.

4. “Elora” — Pure Saturday, Elora (2005)


Bagian terbaik: “tiada lagi yang kuinginkan lebih dari yang kau berikan / tak pernah berhenti / seakan datang tanpa kuminta / selalu ada saat kubutuhkan”

Bagi saya pribadi, butuh berkali-kali mendengarkan album Elora untuk bisa melepas bayang-bayang Suar, pasca digantikan oleh Iyo. Saya benci membuka paragraf dengan bahasan seperti ini, karena ini adalah bahasan yang akan selalu memancing debat kusir tanpa henti, perkara siapa yang lebih baik dalam urusan menyanyi —antara Suar dan Iyo; tapi ini penting, sebagai pengantar kenapa saya menyertakan “Elora” sebagai salah satu balada terbaik dalam satu dekade terakhir. Iyo, tak berusaha menjadi Suar 2.0, atau merombak struktur Pure Saturday secara keseluruhan di dalam lagu ini. Pure Saturday pun tak menutut hal lebih, dari apa yang bisa diberikan Iyo. Tapi saat itu —saat Pure Saturday membutuhkan sosok untuk mengisi garda terdepan band ini, Iyo datang tanpa mereka minta. Pasca kekosongan karya yang cukup lama, saya rasa lagu ini berhasil membuat sebagian orang berteriak “Yes, they are fucking back!” di dalam hati kecil mereka.

3.  “Berhenti Berharap” — Sheila on 7, Ost. 30 Hari Mencari Cinta (2004)


Bagian terbaik: “aku berhenti berharap / dan menunggu datang gelap / hingga nanti suatu saat / tak ada cinta kudapat”

Sheila on 7 adalah jawara, untuk urusan mencipta balada. Rasa-rasanya tak perlu saya sebutkan, berderet lagu ciptaan mereka yang selalu menemani banyak orang untuk segala fase urusan percintaan; mulai dari tebar pesona – curi pandang – pdkt – jadian – selingkuh – putus – balikan – dst. Musik So7 adalah musik universal, yang sanggup memikat hati berbagai lapisan pendengar musik tanpa terkecuali. Di lagu ini, Duta menampilkan sisi gelap urusan percintaan yang berpadupadan dengan keputusasaan. Nuansa kelam, sangat kentara dalam lagu yang hanya diiringi oleh ketukan piano akustik ini. 8 dari 10 orang yang sedang mendengarkan lagu ini dalam kondisi gamang, sangat direkomendasikan untuk dijauhkan dari segala benda tajam, racun serangga, juga obat nyamuk cair.

2. “Jatuh Cinta Itu Biasa Saja” — Efek Rumah Kaca, Efek Rumah Kaca (2007)


Bagian terbaik: “kita berdua / tak pernah ucapkan maaf / tapi saling mengerti / kita berdua / tak hanya menjalani cinta / tapi menghidupi”

Di tengah segala ke-riweuh­-­an memadu kasih, yang kini secara tak tertulis disepakati standar pakem untuk jatuh cinta, Cholil dengan santai muncul dengan antitesanya. “Jatuh Cinta Itu Biasa Saja” memiliki lirik yang dalam, juga menyentil mereka yang gemar mengkambinghitamkan hal-hal tak penting sebagai tedeng aling untuk cinta tak berbalas. Jika Anda menganut falsafah “cukup dengan cinta, kita taklukan segalanya,” maka nampaknya lagu ini adalah pilihan utama sebagai tameng, tatkala menghadapi amuk pasangan yang menuntut candle light dinner untuk perayaan tanggal jadian di akhir bulan.

1.   “Untuk Perempuan Yang Sedang Di Pelukan” — Payung Teduh, Dunia Batas (2012)



Bagian terbaik: “hanya ada / sedikit bintang malam ini / mungkin karena kau / sedang cantik-cantiknya”

Merayu wanita, adalah teknik dasar yang harus dimiliki setiap pria. Namun, kemampuan untuk menyandingkan keindahan semesta dengan kecantikan seorang wanita, adalah sebuah barang langka —yang juga brilian. Alih-alih menggunakan teknik rayuan murahan “bapak kamu…”, Payung Teduh malah menjadikan rayuan sebagai sesuatu yang elegan dan berkelas. Coba saja, lantunkan lirik ini kepada wanita yang sedang Anda puja, niscaya —sedikit banyak akan membuat hatinya bergetar. Jika rayuan ini gagal, cuma ada dua kemungkinan: sang wanita kelewat serius, atau Anda menyanyikan lagu ini saat langit malam penuh dengan bintang.

5 komentar:

  1. semoga penulis postingan di atas, kelak jadi pemimpin redaksi. kemampuan mengolah ceritanya luar biasa. nyaris tanpa diksi berulang.

    yang membanggakan, ia satu almamater, cucu angkatan. sukses selalu ya, adimas..

    BalasHapus
    Balasan
    1. Matur suwun sanget, Dhe. Bergurunya kan ke situ juga. :))))

      Hapus
  2. Menarik. Saya suka chart-chart kayak gini. Jadi pengen nyusun juga, untuk kategori lirik patah hati mungkin :))

    BalasHapus
  3. keren banget cara ngereview nya kak, ini ngebantu banget buat tugas sekolah tentang lagu thankss kak!!

    BalasHapus