Kamis, 01 Oktober 2015

Totti dan Swastamita di Ufuk Roma

No Totti, No Party

Pjanic datang memotong bola dari Consigli, yang sejatinya ditujukan kepada rekan setimnya di depan kotak penalti. Dengan cepat, penyihir dari Bosnia itu memberikan umpan dengan sekali sentuhan kepada Totti yang berada tepat di depannya. Berdiri bebas, Kaisar Roma itu sedikit memutar badan dan langsung melakukan sontekan mendatar dengan kaki kanannya. Bola itu mengecoh Consigli yang terlanjur mati langkah, dan tidak bisa menjangkau bola pelan dengan tangan kanannya.

Gol.

Senin, 24 Agustus 2015

Perkara Terbaik dan Perdebatan yang Tak Akan Pernah Usai

"Mangan ra mangan sing penting gelut."
Pada laga pembuka Premier League beberapa waktu lalu, beberapa hasil mengejutkan bermunculan. Duo unggulan, Chelsea dan Arsenal harus terseok-seok kala menghadapi klub ‘non-unggulan’ macam Swansea dan West Ham. Chelsea—beruntung bisa bermain—imbang 2-2 dengan Swansea setelah bermain dengan 10 pemain, sedangkan Arsenal terjungkal di kandangnya sendiri dengan skor 0-2. Pada awal musim, London sepertinya sama-sama tidak bercorak biru atau merah. Sementara itu, kedua tim unggulan sisanya Manchester United dan Liverpool, sama-sama bermain pragmatis dengan menomorsatukan poin dibanding keindahan permainan, sesuatu yang seringkali mereka gunakan sebagai senjata untuk menyerang kedigdayaan Chelsea musim lalu.

Jumat, 24 Juli 2015

Ode untuk Iker Casillas


Adios, Iker! 
Iker Casillas kecil adalah sosok teledor. Pada usia delapan tahun, ia pernah membuat kesalahan bodoh: lupa mengirimkan surat milik ayahnya, yang berisikan 14 prediksi tepat hasil Liga Spanyol pada musim 1989/1990. Andai surat hasil prediksi itu tidak lupa dikirim, keluarga Iker Casillas sudah menikmati hadiah utama sebesar 1,2 juta Euro. Menurut Casillas, itu adalah salah satu kesalahan paling bodoh dalam hidupnya. Sampai sekarang, ia merasa masih memiliki ‘hutang’ kepada ayahnya, meski secara finansial—dengan menilik statusnya sebagai bintang sepakbola dunia—ia dengan mudah sanggup membayar uang 1,2 juta Euro.

Setahun setelahnya, Casillas bergabung bersama akademi sepakbola Real Madrid. Pada 1997, ia sedang berada di ruang kelas Instito Canaveral, sekolah menengah atas yang berada di Mostoles—kota kecil yang menjadi bagian Community of Madrid. Hari itu, kepala sekolah menghampirinya setelah mendapat sebuah panggilan telepon. Instruksi kepala sekolah jelas: Iker harus segera berkemas pulang. Tak lama kemudian, taksi datang untuk menjemputnya menuju tempat latihan Real Madrid. Ia diberitahu bahwa kiper utama Los Blancos, Bodo Illgner dan Pedro Contreras sama-sama dibekap cidera. Sebagai gantinya, Casillas—yang masih bermain di akademi—akan dipanggil bergabung dengan tim inti, dan akan bertolak ke Norwegia untuk melakoni laga penyisihan grup melawan Rosenberg di Liga Champions. Dua tahun setelah itu, ia berhasil menembus tim inti Real Madrid.

Dan seperti yang kita ketahui, sisanya adalah sejarah.

Kamis, 09 April 2015

Olga Syahputra dan Tawa yang Semacam Embuh

So long, funny guy.



Sore itu, saya dibangunkan Ibu. Setelah percobaan ke sekian, akhirnya saya bangun. Masih setengah sadar, mata kriyip-kriyip, saya mendengar sayup-sayup suara azan dari masjid di dekat rumah.

Oalah, wis magrib to.

Pikir saya, adalah hal wajar kalau Ibu membangunkan anaknya ketika waktu magrib tiba. Pasti disuruh buru-buru bangun, lalu salat. Maklum, waktu Magrib memang yang paling singkat di antara waktu-waktu salat lainnya. Kalau saya masih klumbrak-klumbruk koyo kumbahan reget di atas kasur waktu magrib tiba, tentu saja harga minyak dunia tidak akan melambung tinggi. Tapi ya itu, paling besoknya nama saya sudah dicoret dari kartu keluarga. Dan itu jauh lebih berbahaya.

Le, bangun. Olga meninggal dunia.” Mak jegagik. Saya langsung bangun, seketika nyawa saya terkumpul penuh.

Pertama, saya heran. Saya kira, kalimat pertama yang bakal terucap waktu membangunkan saya—sama seperti biasanya—itu, “Bangun, sudah anu* (*= waktu shalat yang paling mendekati) lho. Ayo, keburu habis.”  Kedua, siapa sosok Olga yang dimaksud Ibu? Mengingat saya tidak punya kawan atau saudara dengan nama itu, pikiran saya langsung merujuk kepada Olga Syahputra. Ketiga, kalau memang yang dimaksud Olga Syahputra, tingkat urgensinya seberapa besar, sampai-sampai membangunkan anaknya hanya untuk diberitahu berita duka artis—alih-alih perintah salat magrib? Nah, ruwet to? Bangun tidur saja sudah punya tiga rumusan masalah.