Adios, Iker! |
Iker Casillas kecil adalah sosok teledor. Pada usia delapan tahun, ia pernah membuat kesalahan bodoh: lupa mengirimkan surat milik ayahnya, yang berisikan 14 prediksi tepat hasil Liga Spanyol pada musim 1989/1990. Andai surat hasil prediksi itu tidak lupa dikirim, keluarga Iker Casillas sudah menikmati hadiah utama sebesar 1,2 juta Euro. Menurut Casillas, itu adalah salah satu kesalahan paling bodoh dalam hidupnya. Sampai sekarang, ia merasa masih memiliki ‘hutang’ kepada ayahnya, meski secara finansial—dengan menilik statusnya sebagai bintang sepakbola dunia—ia dengan mudah sanggup membayar uang 1,2 juta Euro.
Setahun setelahnya, Casillas bergabung bersama akademi sepakbola Real Madrid. Pada 1997, ia sedang berada di ruang kelas Instito Canaveral, sekolah menengah atas yang berada di Mostoles—kota kecil yang menjadi bagian Community of Madrid. Hari itu, kepala sekolah menghampirinya setelah mendapat sebuah panggilan telepon. Instruksi kepala sekolah jelas: Iker harus segera berkemas pulang. Tak lama kemudian, taksi datang untuk menjemputnya menuju tempat latihan Real Madrid. Ia diberitahu bahwa kiper utama Los Blancos, Bodo Illgner dan Pedro Contreras sama-sama dibekap cidera. Sebagai gantinya, Casillas—yang masih bermain di akademi—akan dipanggil bergabung dengan tim inti, dan akan bertolak ke Norwegia untuk melakoni laga penyisihan grup melawan Rosenberg di Liga Champions. Dua tahun setelah itu, ia berhasil menembus tim inti Real Madrid.
Dan seperti yang kita ketahui, sisanya adalah sejarah.
Casillas mengawali dan mendapatkan segalanya bersama Real Madrid. 25 tahun mengabdi, 725 penampilan, 18 trofi klub, 28 trofi individu, dan ratusan momen berharga berhasil ia torehkan kala berseragam Los Blancos. Dari tahun ke tahun, ia selalu dikelilingi mega-bintang sepakbola. Real Madrid bahkan mendapatkan julukan khusus, terkait kebiasaannya untuk mendatangkan pemain bintang; Los Galacticos namanya. Tapi dengan rendah hati, Casillas tak pernah menyebut bahwa dirinya adalah bagian dari parade mega-bintang itu.
Casillas mengawali dan mendapatkan segalanya bersama Real Madrid. 25 tahun mengabdi, 725 penampilan, 18 trofi klub, 28 trofi individu, dan ratusan momen berharga berhasil ia torehkan kala berseragam Los Blancos. Dari tahun ke tahun, ia selalu dikelilingi mega-bintang sepakbola. Real Madrid bahkan mendapatkan julukan khusus, terkait kebiasaannya untuk mendatangkan pemain bintang; Los Galacticos namanya. Tapi dengan rendah hati, Casillas tak pernah menyebut bahwa dirinya adalah bagian dari parade mega-bintang itu.
“Saya bukan berasal dari Los Galacticos, saya dari Mostoles,” ujar Iker merujuk pada kota kelahirannya.
Cuma manusia yang hidup terperangkap di dalam gua selama dua dekade, yang berhak menolak status Iker Casillas sebagai legenda. Baik dari pencapaian klub atau pencapaian individu, Iker memang sama kompletnya. Ia memulai karir dari usia sangat muda, memenangi segalanya, dan tidak pernah sedikitpun memiliki niat untuk hijrah dari Santiago Bernabeu.
“Saya tidak tertarik untuk meninggalkan klub yang saya idolai sejak kecil,” ujar Saint Iker ketika disodori tawaran hijrah dari duo Manchester: United dan City pada 2009 silam. Kala itu, ia memang sedang tampil trengginas. Baru saja membawa Spanyol memenangi Euro 2008, mendapat sodoran perpanjangan kontrak hingga 2017, dan melampui rekor penampilan kiper milik Paco Buyo (454) serta menjadi kiper Real Madrid dengan jumlah penampilan terbanyak sepanjang masa. Berturut-turut setelah itu, ia memenangkan semua gelar domestik di Spanyol, gelar Eropa yang ketiga, gelar kiper terbaik, gelar Piala Dunia yang perdana, plus gelar Euro yang kedua.
Namun begitu, bukan berarti Casillas tak punya cacat. Mulai dari perang-dinginnya bersama Mourinho, blunder yang mengakibatkan dirinya digeser Antonio Adan dan Diego Lopez, sampai tudingan penyebab kegagalan Spanyol di Piala Dunia 2014. Sebagian penggemar Real Madrid bahkan sempat memperlakukan Casillas selayaknya pesakitan, saat mereka meneriaki penjaga gawang 34 tahun itu di Santiago Bernabeu. Casillas memang pernah melakukan kesalahan, karena itulah ia menolak dianggap berasal sebagai bagian Los Galacticos. Bintang akan terus bersinar dengan terang, dan hanya redup ketika mendekati mati; seolah-olah tidak punya celah untuk dicerca atau dikata-katai. Tapi manusia beda, pria dari Mostoles ini tampil selayaknya manusia lainnya; kadang redup, kadang terang, kadang membuat penggemar gugup, kadang membuat penggemar senang.
Casillas pernah berujar, bahwa Real Madrid adalah bagian dari hidupnya. Dan sudah seharusnya, Florentino Perez mengetahui hal tersebut. Ia tidak perlu ditodong mikrofon di dekat kuping, untuk diceritai panjang-lebar mengenai loyalitas Casillas. Akan tetapi sejak masa baktinya yang kedua sebagai Presiden Madrid pada 2009 silam, Perez memang dikabarkan sering tidak akur dengan beberapa pemain penting. Ibunda Casillas pernah berujar, bahwa Perez memang tidak pernah menyukai Iker. Jika meniliki rekam jejaknya di Madrid, rasanya dugaan itu tidak berlebihan. Sebelum Iker, ikon klub lain seperti Fernando Hierro dan Raul Gonzalez pernah menjadi korbannya. Egosentris Perez memang tiada lawan. Ia berusaha ‘menyingkirkan’ beberapa tokoh berpengaruh di klub, sebagai bentuk kedigdayaan sekaligus penegasan statusnya sebagai Presiden klub. Pikirnya, Real Madrid wajib punya poros, dan poros itu (harus) bernama Perez.
Casillas, akhirnya tidak luput dari ‘sasaran tembak’ Florentino Perez. Setelah 25 tahun mengabdi, ia harus meninggalkan Santiago Bernabeu hanya dengan sesi konferensi pers yang sentimental. Tidak ada seremonial besar-besaran seperti yang sudah diberitakan sebelumnya. Casillas kembali meneteskan air mata. Tapi bukan air mata bahagia, seperti yang ia teteskan seusai laga melawan Atletico Madrid di final Liga Champions 2013/2014. Ini akhir mata kesedihan. Ia harus meninggalkan klub yang membesarkan namanya, dan akan memulai petualangan baru bersama Porto. Di akhir sesi konferensi pers, ia mengatakan bahwa ia tidak ingin dikenang sebagai kiper yang baik saja, melainkan juga sebagai sosok manusia yang baik. Kebanggaan Casillas akan klub yang ia bela sejak umur 9 tahun nampak jelas, kala ia mengatakan, “Ke manapun saya pergi, saya akan berteriak, ‘Hala Madrid!’”
Mengutip perkataan Santiago Bernabeu, mengenakan seragam Real Madrid harus selalu disertai dengan kebanggaan. Seragam Real Madrid berwarna putih, bisa saja dinodai oleh darah, lumpur, keringat, bahkan kucuran darah; tapi tidak dengan rasa malu. Dan Casillas tahu cara melakukan prinsip itu dengan baik dan benar.
(*) Tulisan ini juga tayang di sini.
(*) Tulisan ini juga tayang di sini.
JAMMERSBURG Casino - HANDOVER, MI - JTG Hub
BalasHapusJAMMERSBURG Casino - HANDOVER, MI. JAMMERSBURG CASINO 의정부 출장샵 - HANDOVER, MI. JAMMERSBURG CASINO 경기도 출장샵 - 춘천 출장마사지 HANDOVER, 김포 출장샵 MI. 고양 출장샵