Ini kali pertama saya
menulis sebuah daftar yang mencantumkan superlatif dari sebuah kumpulan. Kali
ini, saya mencoba mengumpulkan lirik balada berbahasa Indonesia terbaik yang
pernah diciptakan musisi dalam negeri dalam kurun 10 tahun belakangan. Buang
jauh-jauh, ekspektasi penuh lirik semi puitis di daftar ini, karena bagi saya
romantisme selalu bisa menemukan jalannya sendiri.
Penilaian ini sangat
objektif. Banyak yang tidak setuju? Tentu. Saya tidak sedang membuat daftar
yang membuat banyak orang menjadi senang.
10. “Hanya
Kau” – The Adams, V2.05 (2006)
Bagian
terbaik: “hanya kau
yang bisa / memastikan semua / segala yang ku rasa / hanya kau yang bisa /
mengubah semua / ‘tuk menjadi indah”
Tak perlu berkali-kali memutar lagu ini, hanya untuk
mengerti betapa jujurnya ungkapan kekaguman yang ada di dalam liriknya. Di
vokal ini, Ario tahu betul bagaimana menyatakan sayang tanpa harus terkesan sok
romantis. Koor-massal yang berulang kali melantunkan “uuuuu” seakan menjadi pengantar, bagi teman minum teh bersama
pasangan di sore hari. Yang pernah menikmati video klipnya di sisa-sisa
kejayaan MTV di Indonesia pasti tahu benar, bahwa adegan di klip ini
benar-benar merefleksikan karakter lagu aslinya: sederhana, jujur, dan tidak
ingin mengumbar romantisme berlebih. Berkat kemunculan video ini, pengendara
vespa dibawa ke dimensi kekerenan yang sedikit berbeda.
9. “Tentang
Cinta” – White Shoes & The Couples Company, White Shoes & The Couples Company (2005)
Bagian
terbaik: “relung jiwaku hanyut tak menentu / entah apakah ini, oh tuanku
/ menutup mata aku dan membisu / berasa cinta kalbu”
Nomor ketiga dari debut
album White Shoes & The Couples Company dengan judul yang sama. Di tengah
badai musik mendayu waktu itu, sekumpulan hipster
dari Jakarta ini sepakat membawa alunan musik ’70 an kembali ke permukaan,
dengan sentuhan akustik-ballad dan ketukan disko klasik khas film-film hit Yati
Octavia dan Roy Marten. Di nomor ini, karakter vokal lawas milik Sari dipadu
dengan kocokan gitar ala funk-jazz yang megah. Lantunan flute sebelum masuk ke
bagian, “relung jiwaku hanyut tak menentu / entah apakah ini, oh tuanku / menutup mata aku dan membisu / berasa cinta kalbu” ini seakan memberi
petunjuk: sekalipun sedang gamang asmara, bukan berarti kalian tidak bisa
membawakan lagu ini dengan ceria.
8.
“Semua
Tentang Kita” – Peterpan, Taman Langit (2003)
Bagian
terbaik: “teringat di saat kita tertawa
bersama / ceritakan semua tentang kita”
Sekalipun memiliki intro yang
menjadi skill wajib bagi para pemetik
gitar di tongkrongan sudut gang / pos kamling, tak mengurangi esensi lagu ini
sebagai anthem wajib bagi mereka yang
masih memendam hasrat untuk balikan. Nomor ini juga selalu menjadi pilihan
pertama, untuk dijadikan backsong di
video amatir —penuh slide foto
kenangan semasa pacaran— yang mereka buat di Windows Movie Maker. Sudah, akui
saja.
7. “Muak Untuk Memuja” – Alone At Last, Jiwa (2008)
Bagian terbaik: “kau
penyiksa (jilat pantatku bila kau bisa) / simpan semua (setan kau hancurkan
misi hidupku”
Sebelum
ada Alone At Last, rasanya emo tak pernah selirih ini. Kuintet ugal-ugalan asal
Bandung ini, berhasil menyuguhkan kekaguman dan rasa benci kepada wanita pada
saat bersamaan. Ngomong-ngomong, yang juga menjadi sisi baik dari lagu ini
adalah: Yas menemukan kembali identitas aslinya, yang dulu sempat dirasuki Bert
McCracken.
6. “Karena Kamu Cuma Satu” — Naif, Planet Cinta (2011)
Bagian
terbaik: “kau satu-satunya / dan tak ada dua / apalagi tiga / cuma engkau saja”
Rima
terbaik, yang bercerita tentang egosentrisme asmara ala kawula muda. Cheesy, namun tak menanggalkan kesan elegan. Setelah hijrah dari bekap
kegelapan konsep era 70-80’an, Naif memang tak lagi kompromi soal tembang
berirama balad. Di awal tahun 2013, formula ini sukses meluluhlantakkan niatan
cerai sepasang suami istri yang sudah hidup berdampingan selama 13 tahun.
Mungkin ini, representasi sempurna dari film The Power of Song besutan Jim Brown.
5.
“Ingatlah Hari Ini” — Project
Pop, Pop Ok (2003)
Bagian
terbaik: “kamu sangat berarti / istimewa
di hati / selamanya rasa ini / jika tua nanti / kita telah hidup masing-masing
/ ingatlah hari ini”
Lirik
ini, sanggup menggugah romansa bersama kawan tercinta dengan cara yang
sederhana. Project-Pop, dengan jenius menyentuh sisi sensitif persahabataan
lewat ungkapan yang tak kalah romantis dengan lirik yang dibuat untuk menyanjung
pasangan. Musik yang tak disertai kompleksitas aransemen dan berbalut dengan
ketukan-ketukan nan catchy ini,
sesaat menyadarkan bahwa sebelum kita disibukkan dengan kehidupan dewasa yang
penuh dengan ego dan kepentingan pribadi, sejatinya kita pernah menjadi makhluk
sosial yang melewati hari dengan searangkaian kejadian bodoh bersama seorang
teman. Tak ayal, lagu ini selalu menjadi pilihan utama untuk backsong acara perpisahan
sekolah/dokumenter catatan akhir sekolah.
4. “Elora”
— Pure Saturday, Elora (2005)
Bagian terbaik: “tiada lagi yang kuinginkan lebih dari yang
kau berikan / tak pernah berhenti / seakan datang tanpa kuminta / selalu ada
saat kubutuhkan”
Bagi saya pribadi,
butuh berkali-kali mendengarkan album Elora
untuk bisa melepas bayang-bayang Suar, pasca digantikan oleh Iyo. Saya
benci membuka paragraf dengan bahasan seperti ini, karena ini adalah bahasan
yang akan selalu memancing debat kusir tanpa henti, perkara siapa yang lebih
baik dalam urusan menyanyi —antara Suar dan Iyo; tapi ini penting, sebagai
pengantar kenapa saya menyertakan “Elora” sebagai salah satu balada terbaik
dalam satu dekade terakhir. Iyo, tak berusaha menjadi Suar 2.0, atau merombak
struktur Pure Saturday secara keseluruhan di dalam lagu ini. Pure Saturday pun
tak menutut hal lebih, dari apa yang bisa diberikan Iyo. Tapi saat itu —saat
Pure Saturday membutuhkan sosok untuk mengisi garda terdepan band ini, Iyo
datang tanpa mereka minta. Pasca kekosongan karya yang cukup lama, saya rasa lagu
ini berhasil membuat sebagian orang berteriak “Yes, they are fucking back!” di dalam hati kecil mereka.
3. “Berhenti
Berharap” — Sheila on 7, Ost. 30 Hari
Mencari Cinta (2004)
Bagian
terbaik: “aku berhenti berharap / dan
menunggu datang gelap / hingga nanti suatu saat / tak ada cinta kudapat”
Sheila
on 7 adalah jawara, untuk urusan mencipta balada. Rasa-rasanya tak perlu saya
sebutkan, berderet lagu ciptaan mereka yang selalu menemani banyak orang untuk
segala fase urusan percintaan; mulai dari tebar pesona – curi pandang – pdkt – jadian
– selingkuh – putus – balikan – dst. Musik So7 adalah musik universal, yang
sanggup memikat hati berbagai lapisan pendengar musik tanpa terkecuali. Di lagu
ini, Duta menampilkan sisi gelap urusan percintaan yang berpadupadan dengan keputusasaan.
Nuansa kelam, sangat kentara dalam lagu yang hanya diiringi oleh ketukan piano akustik
ini. 8 dari 10 orang yang sedang mendengarkan lagu ini dalam kondisi gamang,
sangat direkomendasikan untuk dijauhkan dari segala benda tajam, racun
serangga, juga obat nyamuk cair.
2. “Jatuh
Cinta Itu Biasa Saja” — Efek Rumah Kaca, Efek
Rumah Kaca (2007)
Bagian
terbaik: “kita berdua / tak pernah
ucapkan maaf / tapi saling mengerti / kita berdua / tak hanya menjalani cinta /
tapi menghidupi”
Di
tengah segala ke-riweuh-an memadu
kasih, yang kini secara tak tertulis disepakati standar pakem untuk jatuh
cinta, Cholil dengan santai muncul dengan antitesanya. “Jatuh Cinta Itu Biasa
Saja” memiliki lirik yang dalam, juga menyentil mereka yang gemar
mengkambinghitamkan hal-hal tak penting sebagai tedeng aling untuk cinta tak
berbalas. Jika Anda menganut falsafah “cukup dengan cinta, kita taklukan
segalanya,” maka nampaknya lagu ini adalah pilihan utama sebagai tameng, tatkala
menghadapi amuk pasangan yang menuntut candle
light dinner untuk perayaan tanggal jadian di akhir bulan.
1. “Untuk
Perempuan Yang Sedang Di Pelukan” — Payung Teduh, Dunia Batas (2012)
Bagian terbaik: “hanya ada / sedikit bintang malam ini / mungkin karena kau / sedang
cantik-cantiknya”
Merayu wanita, adalah teknik dasar yang
harus dimiliki setiap pria. Namun, kemampuan untuk menyandingkan keindahan
semesta dengan kecantikan seorang wanita, adalah sebuah barang langka —yang
juga brilian. Alih-alih menggunakan teknik rayuan murahan “bapak kamu…”, Payung Teduh malah menjadikan rayuan sebagai sesuatu
yang elegan dan berkelas. Coba saja, lantunkan lirik ini kepada wanita yang
sedang Anda puja, niscaya —sedikit banyak akan membuat hatinya bergetar. Jika rayuan
ini gagal, cuma ada dua kemungkinan: sang wanita kelewat serius, atau Anda
menyanyikan lagu ini saat langit malam penuh dengan bintang.
semoga penulis postingan di atas, kelak jadi pemimpin redaksi. kemampuan mengolah ceritanya luar biasa. nyaris tanpa diksi berulang.
BalasHapusyang membanggakan, ia satu almamater, cucu angkatan. sukses selalu ya, adimas..
Matur suwun sanget, Dhe. Bergurunya kan ke situ juga. :))))
HapusMenarik. Saya suka chart-chart kayak gini. Jadi pengen nyusun juga, untuk kategori lirik patah hati mungkin :))
BalasHapusLagu balada...payah..
BalasHapuskeren banget cara ngereview nya kak, ini ngebantu banget buat tugas sekolah tentang lagu thankss kak!!
BalasHapus