Gari wani po ra? |
Salah satu fase dalam hidup yang mendewasakan, adalah saat kehilangan. Baik kehilangan keluarga, kawan, kekasih bahkan gadget. Kenpa gadget saya sebut? Sebab, akhir-akhir ini saya rasa banyak yang lebih sedih kalau kehilangan gadget dibanding kehilangan kawan. Wong biaya yang harus dikeluarkan untuk menebus gadget-nya sendiri, bisa jauh lebih banyak dibanding total biaya yang pernah dikeluarkan untuk mentraktir teman selama empunya gadget hidup. Ndak heran.
Lain lagi dengan kehilangan kekasih. Kehilangan kekasih yang saya maksud di sini, tentu bukan ‘kehilangan’ berdasarkan arti leksikal lho ya. Bukan ‘kehilangan’ macam: sedang makan berdua, kemudian dia pamit pergi ke toilet dan mak jegagik hilang begitu saja—karena diculik Mas-Mas berjaket kulit yang naik mobil Espass seperti adegan ftv di siang hari. Bukan yang seperti itu. Yang saya maksut ‘kehilangan’ di sini, tentu saja ihwal perpisahan. Baik terpisah secara baik-baik—yang sudah pasti tidak mungkin ada—atau pisah secara terpaksa, karena campur tangan oknum-oknum yang tidak diinginkan.
Musabab perpisahan yang terakhir, tentu tidak menghasilkan suasana yang baik-baik saja. Sumpah serapah, ancaman, doa-doa buruk, hingga pelbagai tindakan tidak berpendidikan lainnya, seringkali muncul dari kubu yang paling merasa tersakiti. Berpisah karena hal-hal wajar—macam sudah tidak cocok lagi—saja sudah terasa menyakitkan, apalagi disebabkan karena teman sendiri atau orang lain. Sesak dan nyerinya tentu sampai di ulu hati. (Jika fenomena ini terus berulang meski tanpa sebab, bisa jadi Anda mengidap maag akut, dispepsia, atau gejala sakit jantung.)
Kali ini, saya mencoba membuat daftar lagu yang bisa menjadi peringatan dini bagi Anda. Jika pasangan mulai sering mendengarkan salah satu lagu yang ada di daftar ini, segera ambil tindakan preventif. Inspirasi bisa datang dari mana saja, termasuk lewat lagu. Waspada akan bahaya laten selingkuh atau ditikung itu perlu, sebab kedua hal tersebut bisa terjadi bukan hanya karena ada niat—tapi juga karena ada kesempatan. Waspadalah, waspadalah.
Lain lagi dengan kehilangan kekasih. Kehilangan kekasih yang saya maksud di sini, tentu bukan ‘kehilangan’ berdasarkan arti leksikal lho ya. Bukan ‘kehilangan’ macam: sedang makan berdua, kemudian dia pamit pergi ke toilet dan mak jegagik hilang begitu saja—karena diculik Mas-Mas berjaket kulit yang naik mobil Espass seperti adegan ftv di siang hari. Bukan yang seperti itu. Yang saya maksut ‘kehilangan’ di sini, tentu saja ihwal perpisahan. Baik terpisah secara baik-baik—yang sudah pasti tidak mungkin ada—atau pisah secara terpaksa, karena campur tangan oknum-oknum yang tidak diinginkan.
Musabab perpisahan yang terakhir, tentu tidak menghasilkan suasana yang baik-baik saja. Sumpah serapah, ancaman, doa-doa buruk, hingga pelbagai tindakan tidak berpendidikan lainnya, seringkali muncul dari kubu yang paling merasa tersakiti. Berpisah karena hal-hal wajar—macam sudah tidak cocok lagi—saja sudah terasa menyakitkan, apalagi disebabkan karena teman sendiri atau orang lain. Sesak dan nyerinya tentu sampai di ulu hati. (Jika fenomena ini terus berulang meski tanpa sebab, bisa jadi Anda mengidap maag akut, dispepsia, atau gejala sakit jantung.)
Kali ini, saya mencoba membuat daftar lagu yang bisa menjadi peringatan dini bagi Anda. Jika pasangan mulai sering mendengarkan salah satu lagu yang ada di daftar ini, segera ambil tindakan preventif. Inspirasi bisa datang dari mana saja, termasuk lewat lagu. Waspada akan bahaya laten selingkuh atau ditikung itu perlu, sebab kedua hal tersebut bisa terjadi bukan hanya karena ada niat—tapi juga karena ada kesempatan. Waspadalah, waspadalah.