"Kangmas aku cinta beneran, pasti kan kubuktikan" - Ayang Raisa |
Live Review: Yovie Widianto & His Friends - Irreplaceable
24 September 2013, Jakarta Convention Centre, Jakarta
Pembuktian dari sang maestro, Yovie
Widianto, bahwa bukan tanpa alasan ia dinobatkan sebagai salah satu komposer
terbaik dalam negeri.
tulisan ini juga tayang di sini
“Bos, masih ada tiket sisa ga?”
berulang kali terdengar dari puluhan calo tiket yang berada di sekitar Jakarta
Convention Centre (JCC). Setiap pengunjung yang baru sampai di pintu masuk,
seakan terlihat seperti artis yang sedang menghindari rentetan pertanyaan dari infotainment,
karena berulang kali melambaikan tangan sebagai isyarat ‘tidak’ —kepada para
calo, tanpa mengucap sepatah katapun.
Selasa 24 September lalu, memang
menjadi hari yang spesial bagi JCC; seorang jenius musik yang pernah mengawali
karirnya di tempat ini 30 tahun silam, kini kembali tampil untuk menggelar
konser tunggalnya. Ya, Yovie Widianto adalah sosok yang paling bertanggungjawab
atas penuh-sesaknya JCC malam itu. Lewat konser tunggalnya yang bertajuk Yovie
Widianto & His Friends: Irreplaceable, Yovie berhasil menjual ludes 3.700
tiket yang sudah disiapkan oleh Berlian Entertainment selaku promotor.
Padahal tiket ini tidak dibanderol
dengan harga murah —untuk ukuran harga tiket konser lokal. Untuk harga tiket
paling murah saja, dipatok seharga RP. 400 ribu, dan harga tiket termahal
mencapai harga Rp. 3,5 juta. Ludesnya tiket konser lokal —sekalipun
dibanderol dengan harga mahal ini juga membuktikan, bahwa penikmat musik
Indonesia kini tak segan untuk ‘berkorban’ demi suguhan musik yang memang
benar-benar berkualitas.
Namun sekalipun bertajuk konser
tunggal, acara ini juga dimeriahkan oleh sederet nama besar yang memang
ditugaskan untuk membawakan lagu ciptaan Yovie Widianto. Sebut saja: Kahitna,
Dikta (Yovi & The Nuno), Raisa, Andien, Marcell Siahaan, Rio Febrian, RAN,
Alexa dan 5 Romeo. Yovie juga turut serta mengundang violis The Corrs, Sharon
Corr dan penyanyi kenamaan asal Australia, Rick Price.
Konser ini dibuka dengan kata sambutan
yang dibacakan oleh seorang pembawa acara misterius, yang membuat para
pengunjung berulang kali mengguman “Eh, ini siapa sih?” saat ia
membacakan catatan perjalanan karir Yovie Widianto. Saat mengucapkan salam
penutup, akhirnya sang pembawa acara menyebutkan namanya, “Terima kasih, saya
Alexandra Asmasoebrata,” dan sontak membuat seisi JCC berteriak “Ooooh…”
secara bersamaan. Maklum saja, Alexandra yang selama ini dikenal jarang
menunjukkan sisi feminimnya —karena selalu terlihat dalam balutan kostum balap,
malam itu terlihat sangat anggun dan berbeda.
5Romeo yang didapuk sebagai penampil
pertama, langsung membuka konser dengan nomor “Merindu Lagi” yang dibawakan
dengan nuansa swing. Tampil setelahnya, Mario Ginanjar membawakan lagu “Terlalu
Cinta” karangan Yovie yang dibawakan oleh Rossa. Sayang, masalah tata suara
langsung kentara di dua lagu pertama. Suara yang muncul dari pengeras suara,
berulang kali terdengar kelewat keras, pecah dan menimbulkan feedback bising.
Namun beruntung, penonton yang mengernyitkan alis dan dahi karena hal ini
hanyalah minoritas. Karena sebagian besar sisanya, mereka tak peduli. Hal ini
nampak jelas, dari jumlah mereka yang tetap bernyanyi walaupun suara
penampilnya terbenam dalam bisingnya feedback dari pengeras suara.
Tampil setelahnya, Marcell, membawakan
lagu “Peri Cintaku”. Selain karena kepala plontosnya yang berulang kali terkena
sorot lampu, pembawaan dan karakter vokal Marcell malam itu benar-benar
terlihat gemerlap. Bagaimana tidak, ia berhasil membuat seisi JEC melantunkan
lirik “aku untuk kamu / kamu untuk aku / namun semua apa mungkin / iman kita
yang berbeda” sebelum menghentikan musik dari band pengiring, dan
mempersilakan penonton melanjutkan koor sembari merenungi pahitnya perbedaan
dengan menyanyikan “Tuhan memang satu / kita yang tak sama”.
Delegasi internasional yang didapuk
sebagai penampil: Sharon Corr dan Rick Price, malah penampilannya terkesan
‘tenggelam’ dibanding penyanyi lokal. Tak begitu banyak penonton yang ikut
bernyanyi, bahkan tatkala mereka membawakan hit masing-masing, seperti “Radio”
(The Corrs) dan —tentu saja “Heaven Knows”. Hal ini tentu berbanding terbalik,
dengan animo penonton yang selalu bernyanyi ketika para penampil membawakan
lagu milik Yovie.
Sepanjang konser, penonton —baik yang
berada di kelas festival, tribun, VIP memang tak pernah berhenti bernyanyi.
Mario Ginanjar berkelakar, bahwa semua penonton yang turut bernyanyi ini
nampaknya pernah mengalami kisah cinta seperti yang ada di setiap lagu gubahan
Yovie. Kalau dilihat dari mereka turut bernyanyi; mulai dari sepasang kekasih
yang masih duduk di bangku sekolah, sampai pasangan suami-istri yang sudah
diberi momongan, nampaknya hal ini memang benar adanya. Rasanya tak berlebihan,
jika lagu-lagu Yovie Widianto selalu terdengar cocok sebagai theme song di
setiap frase percintaan seseorang: mulai dari saat jatuh cinta, menjalin
hubungan, ingin naik pelaminan, putus cinta, atau bahkan saat selingkuh. Tapi
hebatnya, musiknya tak pernah terdengar terlalu lirih dan cengeng, namun tetap
menonjolkan sisi romantis.
Selain terus bernyanyi, malam itu
penonton juga dibuat terus tertawa. Aksi-aksi spontan serta celetukan dari para
pengisi acara, juga menjadi nilai lebih tersendiri dalam gelaran kali ini. Hedi
Yunus-Rio Febrian-Mario Ginanjar, nampaknya menemukan bakat tersembunyi lainnya
selain menyanyi: merangkap sebagai pembawa acara. Malam itu mereka sukses
‘mengerjai’ Yovie, dengan memberikan tantangan: membuat sebuah lagu dadakan,
berdasarkan dari tiga lirik acak yang diberikan oleh penonton; “Janda”
—diserukan oleh Titi DJ dari bangku penonton, “Sakit”, dan “Melayang”.
Sebagai penutup, trio Kahitna
(Hedi-Mario-Carlo) membawakan hit mereka di 1996, “Cantik”, dengan sisipan tap-dance
di tengah lagu. Dan di penghujung acara, seluruh penampil kembali naik ke
atas panggung, untuk membawakan medley “Juwita” – “Lebih Dekat Denganmu” – “
Kemenangan Hati”, sebelumnya memberikan puja-puji setinggi mungkin kepada sang
empunya hajatan, Yovie Widianto.
Malam itu Yovie membuktikan, bahwa di
balik sosoknya yang terlihat kalem dan bersahaja, ia adalah seorang musisi
berbahaya yang dianugerahi talenta musik luar biasa. Yovie selama ini menjadi
jenius dengan caranya sendiri, dan formula ini berhasil menempatkannya dalan
jajaran maestro terbaik dalam negeri selama tiga dekade.